Garam industri/kasar berkualitas terbaik bisa untuk segala keperluan sesuai kondisi Anda. Tentu kita menyadari jika mayoritas industri memanfaatkan garam sebagai bahan baku proses produksinya, barulah sisanya untuk konsumsi dalam rumah tangga.
Sayangnya, ketersediaan garam industri tidak mumpuni dalam bidang industri. Untuk mengatasi kekurangan pasokan garam industri, kita masih mengandalkan produk impor. Selain dinilai cukup stabil, garam industri impor memiliki spesifikasi sebagai bahan baku industri.
Perbedaan Garam Industri/Kasar dan Garam Dapur
Seiring pertambahan penduduk dan majunya industri, permintaan akan garam, baik garam konsumsi maupun garam industri juga mengalami lonjakan permintaan. Faktanya, kehadiran garam begitu krusial.
Beda nama tentu juga beda fungsi. Demikian pula dengan garam. Meski sama-sama menyandang nama “garam”, tentu ada beda antara garam konsumsi dan garam industri. Dan perbedaan ini perlu Anda tahu supaya mengerti mengapa kegunaan garam industri tidak bisa tergantikan dengan garam konsumsi.
Kegunaan
Dari segi kegunaannya saja Anda tentu bisa mengambil kesimpulan bahwa keduanya jelas berbeda. Garam konsumsi merupakan garam untuk keperluan memasak dan keperluan rumah tangga lainya.
Lain halnya dengan garam industri/kasar, dimana kehadiran garam lebih dominan untuk kebutuhan industri. Misalnya industri tekstil, farmasi, kosmetik, kertas, dan lain-lain.
Kandungan NaCl
Kandungan NaCl pada garam konsumsi berbeda dengan garam industri. Garam konsumsi yang umumnya dipakai para ibu rumah tangga memiliki kandungan NaCl minimal 88% hingga 94%. Sedangkan kandungan NaCl pada garam industri adalah 95-97%.
Secara umum, kandungan NaCl tersebut sesuai dengan kegunaan garam itu sendiri. Untuk kebutuhan bumbu, orang lebih cenderung ke rasa asin, sedangkan untuk kebutuhan industri, mereka mencari kandungan mineralnya.
Fakta yang terjadi di masyarakat Indonesia adalah petani lokal hanya mampu memenuhi keperluan akan garam dengan kandungan NaCl 88-94% sehingga cocok untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Sebaliknya, kemampuan petani garam lokal masih sangat minim memproduksi kebutuhan akan garam dengan kandungan NaCl 97%. Inilah mengapa Indonesia masih saja mengimpornya hingga saat ini.
Memang ada beberapa petani lokal yang memproduksi garam industri/kasar, namun proses pembuatannya memakan waktu cukup lama. Maka tak heran apabila harga garam industri hasil petani tambak lokal relatif lebih mahal ketimbang garam konsumsi.
Salah satu faktor mengapa Indonesia tidak bisa memenuhi kualitas garam industri adalah tingkat salinitas air laut masih tergolong rendah. Untuk mencapai kadar salinitas sesuai standar tentu harus melalui tahapan pengolahan lebih lanjut sehingga berdampak pada biaya produksinya yang tentu saja lumayan mahal.
Ini pula yang menjadi alasan mengapa garam industri/kasar impor menjadi pilihan unggulan. Selain harganya lebih murah daripada garam industri petani lokal, kandungan NaCl-nya juga telah memenuhi standar. Jadi, tinggal pakai saja.
Ketersediaan Dalam Jangka Panjang
Seperti dalam pembahasan sebelumnya yang menerangkan bahwa kerja petani lokal Tanah Air hanya mampu memenuhi standar untuk menjadikan garam sebagai garam konsumsi saja. Untuk garam konsumsi jelas stoknya aman.
Berbeda dengan ketersediaan garam industri. Karena waktu pembuatannya relatif lama, padahal kebutuhan akan garam semakin melonjak naik, maka untuk amannya kemungkinan besar negara tetap akan mengimpornya.
Persyaratan Kualitas Garam
Garam yang baik untuk konsumsi tidak sembarang garam. Ada beberapa indikator yang harus terpenuhi sehingga layak dipakai sebagai garam konsumsi. Garam konsumsi sangat dominan untuk membuat masakan menjadi lebih enak dan lezat.
Berperan sebagai penyampai zat yodium, garam konsumsi berperan menanggulangi masalah kesehatan, yakni gondongan dan kretin endemic, di mana keduanya menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia dan pemerintah sedang berusaha memeranginya. Persyaratan kualitas garam konsumsi tersebut wajib terpenuhi.
Seperti namanya, garam industri/kasar sangat penting bagi kegiatan perindustrian, baik sebagai bahan baku maupun bahan penolong. Khusus untuk industri pangan, garam industri harus memiliki kadar Ca dan Mg tidak lebih dari 600 ppm. Tentunya garam industri memiliki standar dan klasifikasi tersendiri.
Sama halnya dengan garam konsumsi, ada banyak sekali kegunaan garam industri/kasar dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pasokan garam industri masih jauh dari kata cukup, tertarikkah Anda menjadi petani produksi garam industri. Ingat jika Indonesia kaya akan sumber daya alam. Kita hanya membutuhkan sedikit teknologi supaya tidak melulu tergantung dengan barang-barang impor. Jadi, mengapa kita membiarkan investor asing menguasai sumber daya alam Indonesia yang maha dahsyat.